Rabu, 04 April 2012

Embun Pagi (pilihannya adalah...)

Masih tersisa separo cangkir coklat panas (yang sebenarnya mulai mendingin). Embun menghela nafas panjang diiringi hembusan asap rokok yang melayang-layang di sudut kafe. Sama seperti pikirannya yang melayang entah ke mana. Tidak seperti mata yang tertuju pada layar laptop,, pandangan kosong. Dia lupa tujuan utama datang ke tempat ini.

Masih tersisa separo cangkir coklat panas (yang sebenarnya mulai mendingin). Di luar hujan mengguyur deras dan sukses membuat Embun terjebak di dalam kafe. Membiarkan lagi pikiran-pikiran entah itu berlari-lari di otaknya. Bukan, sebenarnya bukan abstrak. Dia tau persis apa yang membuatnya gundah malam ini. Lalu perlahan dia klik tulisan "shut down" di layar laptop. Disingkirkannya biar fokus pikirannya ke satu hal itu.

Masih tersisa separo cangkir coklat panas (yang sebenarnya mulai mendingin). Kali ini dingin mulai Embun rasakan. Baru dia tau kalo pelayan kafe membuat suhu di AC menjadi 16 derajat celcius. Cukup membuat beku malam yang memang tak hangat ini. Ah sudahlah, tak penting juga karna dia masih punya flanel merah kotak-kotak kesayangannya sekedar tuk menghangatkan. Lalu diseruputnya lagi coklat panas (yang sebenarnya mulai mendingin). Sedikit lega.

Masih tersisa separo cangkir coklat panas (yang sebenarnya mulai mendingin). Perlahan Embun menutup matanya. Ada kehangatan di sana, makin lama tumpah sudah. Sedikit sesak dibuatnya, tapi dia tetap pejamkan mata. Biarlah, toh kafe sudah lengang, tinggal dia seorang dan pelayan-pelayan kafe. Karna memang jam sudah menunjukkan pukul 01.00 malam lewat, waktu manusia pulang ke peraduannya.
"Hey, sudahlah. jangan jadi cengeng."
"Aku gak cengeng. ini hanya sesekali saja, mungkin karna sudah terlalu penuh dan sesak."
"Ikhlaskan saja kalau itu memang yang terbaik untuk kalian."
"Aku bukan menangis karna dia, tapi hanya sedikit menyesal kenapa gak ada yang bisa diperjuangkan."
"Lalu?"
"Kenapa juga aku dulu memilih jalan yang jelas-jelas banyak lubang dan belokan itu, yang ujungnya pun entah di mana aku belum tau. Tapi aku udah milih jalan itu, siap terima resiko. Kau lihat sendiri kan, semua baik-baik saja sampai malam itu."
"Dan sekarang semua gak baik-baik aja kan?"
"Bukan seperti itu juga. Aku hanya sedikit kecewa dengan pernyataannya yang terkesan ringan malam itu. Seolah masih malas untuk usaha membuat keadaan membaik. Doa saja gak cukup tanpa usaha."
"Apa langkahmu selanjutnya?"
"Entahlah, mungkin saat ini aku akan lebih banyak diam."
"Itu tidak menyelesaikan masalah. Kau hanya mengulur waktu."
"Tapi aku masih yakin ada jalan keluar yang akan menyatukan kami."
"Mau sampai kapan?"
"Kau jangan menyudutkanku. Bantulah aku ni."
"Aku cuma gak ingin liat kau jadi lembek gini. Apa sih yang kau harapkan darinya?"
"Kau gak pernah ngerti sekalipun ku jelasin. Yang cukup kau tau, aku mencintainya.Itu sudah."
"Dengan keadaan dan kenyataan yang kalian jalani saat ini?"
"Sudahlah, cukup untuk malam ini. Aku masih tetap ingin berjalan dalam resiko ini. Kau percaya kan aku bisa lalui semua ini. Tidak ada yang mustahil bahkan untuk kami bersatu dengan perbedaan-perbedaan yang ada."

Masih tersisa separo cangkir coklat panas (yang sebenarnya mulai mendingin). Cepat-cepat Embun habiskan sisa coklat panas (yang sebenarnya mulai mendingin) itu, meringkasi pikiran-pikiran yang sedari tadi bergelayut di otaknya, menyeka habis air mata, lalu melangkah pulang. Sudah jam 2 pagi, hujan pun sudah reda. Sedikit rileks menuju pembaringan meski esok waktu bangun, dia sadar bahwa semuanya belum usai. Masih banyak yang harus diperjuangkan demi kata bahagia yang dia buat sendiri.

Sabtu, 17 Maret 2012

Bapak,, Masihkah Rindu Ini Untukmu?

Mungkin sebagai anak,, aku tidak tahu diuntung karena pernah dibesarkan keluarga dan sekarang justru membenci bapak. Entahlah,, kenapa aku harus dihadapkan pada kekecewaan yang luar biasa besar. Aku sadar aku salah,, tapi aku belum mampu menghapus semua kebencian yang terlanjur mengakar ini. Tuhan,, ampuni kekhilafanku ini.

Aku sedang belajar untuk hidup sendirian,, mencoba untuk tidak membutuhkan kalian. Meski ini akan sangat sulit dan sepertinya aku melakukan kebodohan. Tapi aku sudah terusir,, dan rasa sakit hati itu sangat teramat dalam dan perih.

Sayangnya,, tetap saja kerinduan itu muncul. Semakin hari,, aku ingin pulang ke rumah. Ingin melihat wajah ibu yang semakin menua dan keriput. Dan lagi-lagi rasa gengsiku yang menang. Untuk apa aku pulang ke rumah kalau hanya untuk merasakan kembali luka yang bahkan belum mengering ini? Aku masih membesarkan kebencian yang seharusnya mungkin dimusnahkan saja.

Siapapun kamu,, tolong bantu aku. Tak ingin menjadi anak durhaka pada bapak sendiri. Meskipun aku membencinya,, terkadang aku masih berharap bahwa dia baik-baik saja dan sehat.

Jumat, 16 Maret 2012

Menjaga Kualitas Hubungan

Kita jauh, kita berbeda, dan tentu saja tak sama. Terlalu banyak penghambat kalau boleh dibilang. Tapi apakah akan menyerah begitu saja? Setelah apa yang kita alami bersama, aku yakin rasa kita tetap terjaga utuh... Ya,,bisa terlihat dari umur hubungan kita yang sudah cukup lama kalau hanya sekedar bersenang-senang.

Masih ingat sekali ketika banyak kesalahpahaman yang terjadi di awal hubungan. Bagaimana aku harus berjuang memahamimu, menantimu, dan menjaga rasamu. Sampai pada akhirnya kau memutuskan untuk menyudahi semuanya. Sakit,, itu sangat jelas menampar batinku. Dan aku mencoba berbesar hati karena waktu itu aku sadar,, kau tak sepenuhnya menyayangiku.
Setelah melewati situasi itu,, aku tak lantas pergi dari hidupmu. Masih mencoba untuk peduli,, karena aku tak bisa sekejap melupakan rasa sayang yang mulai muncul kala itu. Ya,, ternyata aku benar-benar mencintaimu dan akan memperjuangkan itu semua.

Seiring berjalannya waktu, perubahan-perubahan sikapmu mulai terasa. Kau begitu peduli dan tak se"dingin" dulu lagi. Sampai sekarang,, aku semakin yakin bahwa kau juga menyayangiku. Meski tak diungkapkan,, tapi rasaku kuat akan hal itu. Terima kasih sayang,, terima kasih sudah mau membaca buku kehidupanku. Pelan-pelan saja, biar kau langsung paham tanpa harus membaca berulang kali.


Sekarang,, mari kita berjuang menyelesaikan apa yang telah kita mulai di kehidupan kita. Lalu memikirkan impian-impian masa depan kelak. Karena mau tak mau,, kita tertuntut untuk mendewasakan semua hal yang kita jalani bersama.

Cinta tidak harus sakit pada akhirnya. Bagaimana kita dapat memaknai keindahannya dan berjuang untuk kebahagiaan, serta menjaga kualitas hubungan. Karena status tanpa hubungan berkesan hambar, dan hubungan tanpa status itu menyakitkan.

Selasa, 13 Desember 2011

Berpatah Kata

Catatan harian terbaik adalah surat untuk Tuhan,
yang dikirim melalui alur-alur nadi,
lalu sampai ke tujuannya, 
yaitu
HATI.

Sabtu, 03 Desember 2011

Kosong

Pernahkah ketika kamu merasa lelah, kamu benar-benar ingin pergi beristirahat dan menghentikan semua harapan? Kamu pernah merasa hebat dan menjadi bagian dari sejarah, lalu kemudian tersingkir dan terlupakan oleh waktu yang semakin menggerus, tersudut dalam ruang-ruang sepi. Hanya karena kamu tak lagi melakukan banyak hal untuk mereka.

Ini keadaan di mana kamu nyata masih mampu bernapas dan berjalan. Bagaimana nanti, saat tubuhmu benar-benar terkubur di dalam liang lahat yang sempit dan sendiri (bahkan digerayangi belatung-belatung yang akan meniadakan sisa-sisa jasadmu), tak lagi bernapas dan berjalan di antara mereka yang masih melanjutkan hidup. Apa tidak semakin menyedihkan karena mereka tidak akan mengingatmu lagi? Kamu hanya benar-benar berlalu di hadapannya.

Lalu hidup itu suatu persinggahan yang bagaimanakah seharusnya?

Haruskah mengisinya dengan pengharapan-pengharapan yang akan membuat kekecewaan karena kenyataannya tak sejalan. Atau mengalir saja ikuti arusnya, berjalan normal seadanya.

Senin, 21 November 2011

Buah Dari Kesabaran Dan Tidak Menyerah

Semua itu aku petik hari ini. Yah,,anggap saja ini awal dari perjalananku untuk percaya terhadap apa yang kamu utarakan. Aku mulai merasakan balasan atas apa yang selama ini kuperjuangkan. Cukup membahagiakan, dan semoga saja semua itu bukan sesaat.
Bukannya aku berlebihan, tapi sedikit tindakanmu memang begitu berarti di mataku. Dengan sifatmu yang menurutku cuek, aku yakin apa yang akan terlontar dari omonganmu itu apa adanya.
Jujur, aku gak tahu kenapa sejauh ini aku bertahan menjaga rasaku. Tapi itulah kenyataan yang ada, aku begitu menikmatimu yang seperti itu. Kamu yang nampak berbeda, kamu yang sedikit bicara, kamu yang pintar memasak, kamu yang bertanggung jawab, kamu yang gak lebay berlebihan, kamu yang misterius.
Sekarang waktunya kita belajar lagi menjaga hati dan saling memahami biar rasa nyaman itu betah menghinggapi kita. Aku gak muluk-muluk berharap tentang kita kok, sederhana saja. Jujur.

Selasa, 25 Oktober 2011

Cerita Pagi

"pagi :)"
Sesederhana itu bunyi pesan masuk di hp ku pagi ini, tertanggal 26-10-11 pukul 08.15.
Namun ini sungguh sangat membuat hariku semakin bersemangat. Tidakkah kau tau, begitu berartinya dirimu? Sekecil apapun bentuk perhatianmu, itulah ketulusan yang aku rasakan. Ya, aku mengenalmu bukan orang yang pandai merayu apalagi menggombal. Kau tidak suka basa-basi dan berkata-kata. Semua selalu saja dengan perbuatan. Itulah kenapa terkadang kita bertengkar kecil hanya karena sms-an (aku sih yang sering mempermasalahkan).
Meski kini kita ada di jalan masing-masing, aku masih berharap ada persimpangan yang menyatukan jalan kita, yang nantinya hanya akan ada jalan tunggal untuk kita tuju bersama. Kau tahu kenapa? Karena selama kita berjalan, aku sungguh melihat kedalamanmu tanpa kau sadari mungkin. Ada banyak cerita tentang itu, tapi aku tidak akan mengungkapkannya di sini. Semua cukup kunikmati sendiri saja.
Ahh, semakin lama aku jadi ingin curhat mencurahkan isi hati di sini. Cukup sudah, kuakhiri saja celotehku pagi ini. Aku harus bersiap-siap melanjutkan hari.